Selasa, 15 Maret 2016

Mengambil kembali istri yang direbut Raja Balanipa

Mengambil kembali istri yang direbut Raja Balanipa

Rabu, 16-03-2016
Sebagai kerajaan yang paling berani dan terkuat diantara kerajaan-kerajaan persekutuan di daerah Mandar, Kerajaan Balanipa terpilih menjadi Bapak/Ketua dan selalu tampil di depan apabila terjadi permasalahan dan ada pengganggu dari luar khususnya pada daerah Pitu Babana Binanga.

Pernah suatu ketika terjadi perseteruan Kerajaan Balanipa dengan kerajaan Pamboang, merupakan perseteruan intern di Pitu Babana Binanga. Peristiwa ini terjadi sekitar abad ke-17 masehi atau pada masa pemerintahan Daeng Rioso' sebagai raja Kerajaan Balanipa dan Tomatindo di Bata sebagai raja Kerajaan Pamboang.

Perseteruan ini terjadi karena Raja Balanipa, Daeng Rioso iri dengan istri Raja Pamboang yang sangat cantik bernama Ipura Para'bue'. Daeng Rioso' yang telah jatuh cinta sejak pandangan pertamanya dengan Ipura Pa'bue' akhirnya memutuskan untuk merebutnya dari Raja Pamboang, Tomatindo Di Bata.

Dengan semua kekuatan dan tentara-tentara yang dimiliki Kerajaan Balanipa yang tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Kerajaan Pamboang dan dengan sedikit perlawanan dari Kerajaan Pamboang akhirnya Raja Balanipa, Daeng Rioso' berhasil merebut secara paksa dan membawa Ipura Para'bue' ke Kerajaan Balanipa untuk dijadikan sebagai istrinya.

Raja Pamboang, Tomatindo Di Bata tidak rela atas tindakan semena-mena dari Kerajaan Balanipa yang telah mengambil istrinya, ia tidak tinggal diam, bersama para pengawalnya ia meninggalkan Pamboang menuju ke Ulumanda (wilayah pegunungan di daerah Malunda), dengan tujuan untuk meminta bantuan dari Tomakaka Ulumanda agar bisa mengambil kembali istrinya.

Atas saran dan petunjuk Tomakaka Ulumanda, Tomatindo Di Bata melakukan penyamaran dengan mengubah penampilannya. Bersama dengan anjing pemburu, bergelar Itattibayo, Tomatindo Di Bata masuk ke Kerajaan Balanipa menyamar sebagai tamu yang merupakan Tomakaka dari Ulumanda. Penyamarannya berhasil, tidak ada yang menyadari bahwa ia adalah Raja Pamboang Tomatindo Di Bata, kecuali Ipura Para'bue', istrinya yang juga sudah menjadi istri Raja Balanipa. Ipura Para'bue' mengenalinya dengan melihat cincin yang dipakai dan mendengar suaranya.

Untuk lebih meyakinkan bahwa tamu yang datang itu adalah Tomatindo Di Bata (Raja Pamboang), Ipura Para'bue menyuruh seorang pelayan mengantarkan air minum dalam gelas, Tomatindo Di Bata mencelupkan cincinnya ke dalam gelas itu kemudian pelayan tersebut membawanya kembali ke Ipura Para'bue.
Setelah melihat cincin tersebut, akhirnya Ipura Para'bue' sangat yakin bahwa ia adalah Tomatindo Di Bata, Raja Pamboang yang sementara menyamar.

Ipura Para'bue' mencari akal, ia pura-pura ngidam, ia ingin makan daging rusa hasil tangkapan suaminya sendiri, lalu dimintanya pada Daeng Rioso' untuk pergi berburu rusa.

Daeng Rioso' sangat senang mendengar bahwa istrinya lagi mengidam, dan segera memenuhi permintaan istrinya yang sangat ia cintai dan sayangi untuk berangkat berburu dengan meminjam anjing yang dibawa Tomatindo Di Bata, padahal itu semua hanyalah akal-akalan agar Ipura Para'bue' bisa leluasa. Setelah Daeng Rioso' pergi, Tomatindo Di Bata mengambil kesempatan dan segera keluar dari Kerajaan Balanipa dengan membawa istrinya kembali ke Pamboang dan langsung menuju ke Ulumanda.

Di Ulumanda, Ipura Para'bue' tidak betah tinggal di tempatnya yang sangat jauh dari daerah pantai, tidak terbiasa makan tanpa lauk ikan. Akhirnya Tomatindo Di Bata meminta persetujuan kepada Tomakaka Ulumanda agar bisa tinggal di daerah dekat pantai yaitu di Malunda.

Menindaklanjuti permintaan Tomatindo Di Bata dan dengan pertimbangan bahwa ia adalah raja yang telah lama meninggalkan Pamboang, maka Tomakaka Ulumanda mengadakan pertemuan dengan pihak lainnya dengan tujuan agar Raja Pamboang, Tomatindo Di Bata bersama istrinya dan juga pengawalnya dapat tinggal dan bermukim di Malunda.

Pihak-pihak yang terlibat dalam pertemuan ini, yaitu :
- Tomatindo di Bata dan istrinya Ipura Para'bue'
- Tomakaka Ulumanda
- Pue' Lombong, Mosso anna Bambangang
- Tomakaka Sambawo
- Pue' Salutambung, Liba' anna Balanggitang

Adapun kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan ini adalah :
1. Nawei engenang naengei mappassau nyawana mappalewa anaoang pa'mai'na Mara'dia di Pamboang sappellu'uang tedzong ingganna naulle nakae-kaer manu'na siola palluppuinna, niwengang toi le'bo' nanaengei mandoang manjala palluppuinna, ingganna lekkotang.
artinya :
Diberikan tempat untuk ditempati memulihkan semangatnya, menghilangkan kesedihan hatinya, kepada raja Pamboang, sekubangan kerbau sejauh yang dapat dijelajah ayam dan pengawal-pengawalnya, juga diberi laut untuk tempat memancing dan menjala sebatas pada kedalaman setinggi lutut.

2. Napoadza' adza'na naporapang rapanna odzi adza' odzi biasa di litaqna di Pamboang.
artinya :
Dia bebas memakai hukum dan aturan serta adat istiadatnya sendiri, sebagaimana yang berlaku di Pamboang.

3. Diapiangammi tandi akadzakeang, iandi peo'dong tandi pelango tanna olle' boning tannala pangolle', tannande pakkira-kira tammappikkir dipettillu'na sawa dipewetona lambaru, tandi paumo dibandangang di Kondo bulo.
artinya :
Dia pada kebaikan tidak pada keburukan, terhindar dari makanan yang bertulang dan minuman yang beracun, tak terjangkau air pasang tak terkena banjir, terluput dari iri terhindar gigitan ular, juga pada sengatan ikan pari, lebih-lebih dari serangan musuh.

4. Lumbang pai pasorang, reppo' pai kondo bulo ma'guliling anna' nalosai mua' diang namappakkesar.
artinya :
Nanti roboh benteng pertahanan, patah remuk semua tombak dan parang pusaka, baru musuh bisa menyentuh raja Pamboang bersama pengawal-pengawalnya.

5. Moa melo’i membali di lita’na, tanna elo’na di nassa genainna, naiya engenanna membali’ diassalna.
artinya :
Bila dia ingin kembali ke negerinya (Pambauang), terserah bila sudah merasa mampu dan sanggup. Maka perkampungan yang ditempatinya akan kembali pada pemiliknya semula.

Akhirnya Tomatindo di Bata dan istrinya Ipura Para’bue’ tinggal berdomisili di Malunda bersama beberapa pengawalnya, sedangkan di Kerajaan Pamboang sendiri ditunjuk pemimpin baru dengan tetap berkoordinasi dengan Ipura Para’bue.
Dalam hal ini, ada yang mengatakan bahwa Ipura Para’bue adalah putri raja yang berasal dari kerajaan sendana, makanya dalam perseteruan ini kerajaan sendana yang dekat pada kedua kerajaan tidak ingin
ikut campur dan membela diantara keduanya. Sementara Raja Balanipa, Daeng Rioso’ dalam hatinya telah menyesal karena merasa gagal meraih hati Ipura Para’bue’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar