Selasa, 15 Maret 2016

Sejarah Lahirnya KONDOSAPATA

Tampil : 2338 kali.

Sejarah Lahirnya KONDOSAPATA

ARTIKEL INI DIKOPI DARI BLOG ASLINYA http://ragamsulawesibarat.blogspot.co.id DIPERSEMBAHKAN KEMBALI UNTUK PENGUNJUNG WEBSITE PUTRA MANDAR SULAWESI BARAT
AGAR KEPADA GENERASI-GENERASI MUDA MANDAR DAPAT MEMAHAMI KESATUAN SEJARAH BUDAYA MANDAR SULAWESI BARAT KITA SECARA KESELURUHAN YANG TIDAK LEPAS DARI
PITU BA'BANA BINANGA (PBB), PITU ULUNNA SALU (PUS), DAN KARUA BABANA MINANGA (KBM).



SEJARAH Lahirnya KONDOSAPATA - Bagian 1: PROLOG

http://ragamsulawesibarat.blogspot.co.id SAAT ini penulis masih sedang mendalami beberapa referensi termasuk tulisan bapak Drs. Adrianus Mandadung yg saya boleh sebut "Tokoh Sejarah Mamasa" beliau sejak dari muda, sampai masa pensiunnya sangat peduli mengumpulkan berbagai referensi, bahkan menuliskan bukunya. Namun ada beberapa isi tulisan itu yg perlu saya kaitkan dgn buku yg pernah saya baca, apakah betul nenek moyang kita NENEK PONGKAPADANG yg menentang sistem kasta (perdedaan strata sosial di tanah asalnya Tana Toraja, lalu hijrah bersama anak dan orang-orangnya, termasuk membawa anjing buruannya ke wilayah KONDOSAPATA.

Yang pasti kecocokan itu banyak yg saya temukan, bahwa para sejarawan orang Mamasa juga mengakui bahwa nenek moyang orang Mamasa bernama PONGKAPADANG, diakui berasal dari Tana Toraja.

Juga menurut para sejarahwan orang Toraja bahwa seorang tokoh orang Toraja yg hijrah ke wilayah paling Barat Toraja (wilayah kondosapata) karena perbedaan pandangan politik atau idealisme tentang sistem kasta di Toraja. Menurut sejarah orang Toraja (dalam buku yg pernah saya baca) bahwa tokoh yg Hijrah itu adalah org yg menentang perbedaan kasta atau diskriminasi sosial di TORAJA.

Nah, pertanyaan sekarang, apakah tokoh yg menentang perbedaan kasta itu adalah betul NENEK PONGKAPADANG, atau PONGKAPADANG adalah generasi dari tokoh yg tdk disebut namanya itu.

Soal perjalanan NENEK PONGKAPADANG dari Toraja menuju Buntu Bulu dan Tabulahan hingga kawin dengan NENEK TORIJE'NE', berapa anaknya, serta cucunya dan wilayah yg dikuasainya (PITU ULUNNA SALU KARUA BA'BANA MINANGA), saya rasa referensinya cukup dari beberapa buku dan sumber dari buku karangan Drs. Arianus Mandadung cukup absah karena sejumlah tokoh yg diwawancarai adalah tokoh-tokoh terpelajar, memegang kedudukan dan pemuka-pemuka adat serta sejumlah sumbernya juga adalah pemegang kekuasaan di Mamasa dan juga sejarahwan waktu itu. Sejumlah sumber bahkan sebahagian besar tokoh yg diwawancarai sdh meninggal dunia. Tapi pendapat, keterangan dan pesan-pesan orang tua (PEPASAN KADA NENEK) serta kebiasaan hidup leluhur yg boleh dikata masih hidup wktu itu (KABIASAAN TOMATUA) mereka masih alami.

HAL lain yg perlu dikaji juga, bahwa nenek PONGKAPADANG sendiri meninggalkan simbol-simbol keadilan yg menentang ketidak adilan dan diskriminasi sosial. Contoh simbol-simbol kebersamaan dan keadilan itu justru dijadikan motto dan semangat hidup orang Mamasa (KONDDSAPATA), yakni "MESA KADA DIPOTUO, PANTAN KADA DIPOMATE". Beberapa motto hidup yg berlaku dalam masyarakat yg bermakna cinta keadilan dan menentang diskriminasi sosial atau adanya kasta, seperti "SITAYUK, SIKAMASEI, SIRANDE MAYA-MAYA".

Selain itu, adat istiadat yg mendukung sikap menentang perbudakan di wilayah Kondosapata, adalah masyarakat di wilayah ini memegang teguh asas pengampunan, asas mencari solusi dan pengampunan bagi orang yg bersalah. Di Kondosapata disebut ADA' TUO (Adat Hidup).

Namun ada juga kebiasaan hidup yg bertentangan dengan motto dan simbol-simbol ketidak adilan yg berlaku di Kondosapata, seperti di wilayah ini juga ternyata dikenal perbedaan kasta atau diskriminasi sosial. Inilah yg perlu dikaji dan didalami, sejak kapan sistem kasta berlaku di Kondosapata, saiapa yg membawa masuk ke Mamasa, karena berdasarkan falsafah yg ditinggalkan nenek moyang kita PONGKAPADANG, kasta itu tidak diterima oleh leluhur kita. Seperti motto MESA KADA, KONDOSAPATA UAI SAPALELEAN.

Semua ini perlu dikaji dan diteliti secara ilmiah agar sejarah betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sengaja saya kemukakan agar tdk menjadi perdebatan, biarlah semua wacana yg kita kemukakan akan memperkaya sejarah kita dan sekali wktu kita memiliki sejarah yg benar-benar hasil kajian ilmiah. Tapi kita warga Kondosapata, sungguh aneh kalau tidak mengenal sejarah, adat istiadat, dari mana sal usulnya, serta prinsip hidupnya. Saya berharap, semua warga Mamasa akan berpartisipasi melalui grup di Jejaring Sosial ini (social network), untuk menyumbang pikiran, sekaligus bertukar informasi dan mendalami sejarah KONDOSAPATA. Semoga semakin banyak Jejaring Sosial yg menyebarluaskan sejarah Mamasa, seperti bloger.com, frienster.com, Multiply.com bahkan jejaring sosial yg sedang melanda dunia Cyber interconected (Internet) agar sejarah Kondospata abadi, mendunia bahkan sekali waktu menjadi sejarah warisan bagi anak cucu kita yg tidak akan pernah hilang karena tersipan dalam berbagai jejaring sosial di dunia. Mungkin pula ada pakar sejarahwan dari luar negeri yg membaca referensi ini tertarik melakukan penelitian tentang sejarah KONDOSAPATA. Tapi saya berharap, kaum terpelajar yg membidangi sajarah yg melakukan penelitian ilmiah tentang sejarah kita sendiri.

OCTOVIANUS DANUNAN,pendiri grup KONDOSAPATA MAMASA.
Foto: http://ragamsulawesibarat.blogspot.co.id/



Rangkaian tulisan "Sejarah Lahirnya Kondosapata" adalah karya Octovianus Danunan, seorang jurnalis asal Mamasa yang kini menetap di Timika, Papua. Beliau bergabung dengan Grup Jawa Pos, ditugaskan di kota Timika memimpin salah satu perusahaan penerbitan Grup Jawa Pos bernama PT Timika Media Utama, jabatan Direktur, sekaligus Pemimpin Redaksi Radar Timika, salah satu terbitan PT Timika Media Utama. "Setelah pensiuan sebagai jurnalis, saya ingin menjadi penulis buku," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar