Jumat, 11 Maret 2016

Suku Mamasa, Sulawesi

Suku Mamasa, Sulawesi

Suku Mamasa, adalah suatu komunitas masyarakat asli yang berada di kabupaten Mamasa di provinsi Sulawesi Barat. Masyarakat suku Mamasa tersebar di seluruh kecamatan di kabupaten Mamasa. Selain itu populasi suku Mamasa juga terdapat di kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
Suku Mamasa merupakan bagian dari sub-suku Toraja. Secara adat-istiadat dan budaya, berkerabat dengan suku Toraja. Selain itu bahasa Mamasa juga mirip dengan bahasa Toraja. Oleh karena itiu suku Mamasa ini sering juga disebut sebagai suku Toraja Mamasa. Tapi walaupun orang Mamasa mengaku berdarah Toraja, tapi mereka cenderung lebih suka menyebut diri mereka sebagai suku To Mamasa. Selain itu masyarakat suku Mamasa tidak memiliki upacara adat sebanyak sebagaimana upacara adat di Toraja.

Suku Mamasa, Sulawesi


Orang Mamasa sebagian masih ada yang mempraktekkan tradisi dari agama tradisional leluhur mereka, yang disebut "Ada' Mappurondo" atau "Aluk Tomatua". Tradisi agama tradisional ini tetap terpelihara dan terus terwariskan ke generasi berikutnya. Tradisi dari Ada 'Mappurondo ini dilaksanakan terutama setelah panen padi berakhir, sebagai ucapan syukur atas hasil panen mereka.

Ada satu tradisi dari agama tradisionl suku Mamasa, yang unik dan mungkin tidak ada di daerah lain, aitu tradisi penguburan orang yang telah mati, tapi dengan membuat sang jenazah berjalan dengan sendirinya menuju kuburan yang telah disiapkan. Mereka percaya bahwa semua mayat dari sebuah keluarga atau kerabat akan berada di tempat yang sama dalam kehidupan sesudahnya,

Suku Mamasa memiliki rumah adat yang berfungsi sebagai rumah tinggal di masa lalu maupun sebagai tempat penyimpanan hasil panen. Rumah adat suku Mamasa ini sangat unik, yang menurut mereka menyerupai bentuk kapal, seperti kapal-kapal para nenekmoyang mereka ketika berangkat dari negri asal, menyeberangi laut dan berhenti di daerah ini melalui hulu sungai. Rumah adat suku Mamasa mirip dengan rumah adat suku Toraja. Kemiripan ini dikarenakan memang asal-usul suku Mamasa dan suku Toraja adalah berasal dari satu rumpun.

busana adat Mamasa pic gsja.org
Asal-usul suku Mamasa menurut sebuah cerita rakyat yang terpelihara di kalangan suku Mamasa, menceritakan bahwa "Nene' Torije'ne" (nenek moyang nenek) datang dari laut dan "Nenek Pongkapadang" (nenek moyang kakek) datang dari sebelah timur pegunungan pulau ini. Mereka bertemu satu sama lain kemudian pindah ke Buntu Bulo, di desa Tabulahan dekat kabupaten Mamuju.
Menurut para peneliti, suku Mamasa ini dahulunya adalah berasal dari orang-orang Toraja Sa'dan yang bermigrasi ke wilayah ini. Tumbuh dan berkembang menjadi suatu komunitas yang sekarang lebih umum dikenal sebagai suku Mamasa.

Suku Mamasa, secara mayoritas adalah pemeluk agama Kristen. Perkembangan agama Kristen diterima oleh masyarakat suku Mamasa sekitar awal tahun 1900, oleh misionaris dari Belanda.

Suku Mamasa berbicara dalam bahasa Mamasa. Bahasa Mamasa ini dikelompokkan ke dalam sub-dialek dari bahasa Toraja, karena banyak terdapat kesamaan bahasa antara bahasa Mamasa dan bahasa Toraja.
rumah adat suku Mamasa pic alexnova-alex
Bahasa Mamasa diucapkan di daerah sepanjang sungai Mamasa kabupaten Polewali Mamasa provinsi Sulawesi Barat.
Bahasa Mamasa memiliki beberapa dialek, yaitu:
  • dialek Mamasa Utara
  • dialek Mamasa Tengah
  • dialek Pattae’ (Mamasa Selatan, Patta’ Binuang, Binuang, Tae’, Binuang-Paki-Batetanga-Anteapi)

Suku Mamasa memiliki Rumah Adat, yang disebut sebagai "Banua" yang berarti "rumah", terdiri dari 5 jenis rumah dan digunakan berdasarkan tingkatan sosial, yaitu:
  1. Banua Layuk, “layuk” berarti "tinggi", maka “Banua Layuk” artinya “Rumah Tinggi”, yang berukuran besar dan tinggi. Pemilik rumah ini merupakan pemimpin dalam masyarakat atau bangsawan. Banua Layuk berlokasi di Rantebuda, Buntukasisi. Orobua dan Tawalian. Semua berada di wilayah kecamatan Mamasa
  2. Banua Sura, “sura” berarti “ukir”, jadi “Banua Sura” berarti “Rumah Ukir”, besar dan tingginya tidak seperti banua layuk. Penghuni rumah merupakan pemimpin dalam masyarakat dan bangsawan
  3. Banua Bolong, “bolong” berarti “hitam”. Rumah ini dihuni oleh orang kaya dan pemberani dalam masyarakat.
  4. Banua Rapa, rumah ini memiliki warna asli (tidak diukir dan tidak dihitamkan), dihuni oleh masyarakat biasa.
  5. Banua Longkarrin, rumah bagian tiang paling bawah bersentuhan dengan tanah dialas dengan kayu (longkarrin), dihuni oleh masyarakat biasa

Rumah adat Mamasa merupakan simbol eksistensi suku Mamasa saat ini, yang semakin lama semakin hilang oleh arus perubahan zaman. Rumah adat Mamasa mirip dengan rumah adat Toraja, perbedaannya yaitu rumah adat Mamasa memiliki atap kayu yang berat dengan bentuk yang tidak terlalu melengkung, sementara rumah adat Toraja memiliki atap kayu dengan bentuk seperti huruf "U".

Masyarakat suku Mamasa hidup pada hasil pertanian, pada tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan berbagai jenis buah-buahan. Mereka juga memiliki perkebunan yang ditanami kopi dan kakao yang dikelola dengan cara tradisional. Di luar bidang pertanian, mereka juga memelihara hewan ternak, seperti babi, kerbau, sapi, kuda, kambing, ayam dan bebek. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, dan juga dijual untuk menambah penghasilan keluarga.

sumber:
  • beritadaerah.com: budaya sulawesi
  • alexnova-alex.blogspot.com: letak geografis dan historis kabupaten mamasa
  • wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar