Tampil : 4479 kali.
Paliliq Massedang, wilayah Tiparittiqna Uhai Mandar
Setelah terbentuknya Pitu Ulunna Salu di daerah perbukitan (dataran
tinggi) Mandar, begitu pula Pitu Babana Binanga di daerah pesisir pantai
(dataran rendar) Mandar, ternyata ada beberapa masalah antara keduanya.
Masalah internal di daerah Mandar karena beberapa daerah tidak jelas
bergabung di kelompok mana, wilayah netral yang lebih lanjut dikenal
sebagai wilayah Tiparittiqna Uai Mandar (Percikan Air Mandar).
Hal ini membuat para raja dan bangsawanan di Mandar saat itu, seluruh perwakilan daerah Ulunna Salu dan seluruh perwakilan daerah Babana Binanga sering berkumpul mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut khususnya membahas daerah Palili Massedang (daerah Tubi).
Beberapa pertemuan yang tercatat dalam sejarah Lontar Mandar mengenai Tiparittiqna Uai, yaitu :
1. Pura Loa di Sungki
Pura loa di Sungki (Kesepakatan di Sungkiq ) terjadi pada abad 17 masehi dengan agenda utama yaitu penyelesaian masalah Paliliq Massedang yang wilayahnya terbagi antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga sebagaimana kesepakatan yang diambil pada pertemuan di Lakahang.
Ternyata, kesepakatan sebelumnya antara Pitu Babana Binangan dan Pitu Ulunna Salu yang membagi wilayah Paliliq Massedang dengan tiga perempat bergabung ke wilayah persekutuan Pitu Ulunna Salu dan seperempat ke wilayah persekutuan Pitu Babana Binanga pada pertemuan di Lakahang, telah menimbulkan masalah baik antara pitu ulunna salu dengan pitu babana binanga maupun dalam wilayah Paliliq Massedang sendiri.
Untuk meredam konflik yang terjadi, maka disepakati diadakan pertemuan di Sungkiq dan dalam pertemuan tersebut wilayah Paliliq Massedang kembali disatukan dan diberi kekuasaan atau hak penuh untuk menentukan pilihan mau bergabung kemana. Paliliq Massedang ternyata memilih bergabung ke Pitu Ulunna Salu. Dalam kesepakatan inilah muncul istilah Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai Pitu Baqbana Binanga.
Jadi kesepakatan yang diambil pada perjanjian sungkiq yaitu bergabungnya Paliliq Massedang ke wilayah Pitu Ulunna Salu, tetapi tidak merubah nama Pitu Ulunna Salu menjadi Arua Ulunna Salu melainkan Paliliq Massedang digelar Kakaruanna Tiparittiqna Uhai di wilayah persekutuan Pitu Ulunna Salu (PUS).
Sejak dari kesepakatan yang diambil dalam perjanjian sungkiq tersebut, wilayah mandar pada umumnya dikenal dengan istilah Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai, Pitu Babana Binanga.
Perjanjian Sungkiq dalam lontar Mandar :
Pura Loa di Sungkiq :
- paliliq massedang menjari Kakaruanna Tiparittiqna Uhai di Pitu Ulunna Salu, menjarimi Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
- Padza ma'ammong tamba'bar allewuang di Lakahang, tettopa pura loa di Malunda. Metettes dipamulanna, matettes laeng dua pai dimundinna.
- Sisolong siponayoi, silua siammeq tassi kira-kira, sirondong boco' mammesa pa'disang, sipalete diapiangan tassi palete diakkadzaeng, Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
Terjemahan :
Kesepakatan di Sungkiq :
- Daerah Paliliq Massedang (Lembang Mapi, Tubi) jadi tetesan air kedelapan di Pitu Ulunna Salu (menjadi satu bagian yang sejajar) hingga menjadi Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
- Masing-masing pihak menggemgam erat isi kesepakatan di Lakahang, begitu juga isi kesepakatan Malunda dengan keteguhan hati yang kuat dari semula dan lebih kuat lagi dikemudian hari.
- Selalu kunjung mengunjungi, bergaul akrab tanpa saling iri, sekelambu dan sebantal, saling membawa pada kebaikan tidak saling membawa pada keburukan, antara Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
2. Pertemuan di Ulumanda'
Pertemuan Ulumanda' adalah lanjutan dari pertemuan Pura Loa di Sungkiq yang dilaksanakan karena kesepakatan yang diambil dalam pertemuan Pura Loa si Sungkiq yaitu bergabungnya Paliliq Massedang ke wilayah Pitu Ulunna Salu ternyata lama kelamaan membawa masalah antara Pitu Ulunna Salu dangan Pitu Babana Binanga.
Masalah di Pitu Ulunna Salu, timbul semacam rasa curiga dan was-was pada Bambang dengan bergabungnya Paliliq, karena Paliliq dahulu pernah satu lembang (satu wilayah kekuasaan) di Ulunna Salu dalam status Goalinna Kadaneneq kemudian Paliliq keluar dan kedudukannya digantikan oleh Bambang, sehingga Bambang merasa khawatir kedudukan itu kemungkinan akan diambli kembali oleh Paliliq.
Di Pitu Babana Binanga terjadi semacam rasa kehilangan karena masyarakat di daerah Pitu Babana Binanga sudah banyak yang terikat tali perkawinan dan satu keluarga dengan masyarakat Paliliq sehingga keakraban di antaranya sangat erat termasuk adaptasi adat istiadat masing-masing.
Dalam pertemuan Ulumandaq ini, dengan pertimbangan akhirnya disepakati Paliliq Massedang mengikut sepenuhnya ke wilayah Pitu Babana Binanga sehingga Paliliq Massedang memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan tujuh kerajaan lainnya di Babana Binanga. Namun kesepakatan ini juga tidak merubah nama Pitu Babana Binanga (Tujuh Muara Sungai) menjadi Arua Babana Binanga (Delapan Muara Sungai) cukup memindahkan nama Kakaruanba Tiparittiqna Uai setelah Pitu Babana Binanga sehingga nama daerah Mandar yang tadinya Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uai - Pitu Babana Binanga diubah menjadi Pitu Ulunna Salu - Pitu Babana Binanga Kakaruanna Tiparittiqna Uai.
3. Pura Kada di Dama'-dama'
Setelah kesepakatan yang diambil pada pertemuan di Ulumanda, ternyata masalah belum bisa terselesaikan dengan baik. Rasa tidak puas antara dua persekutuan masih tetap jadi masalah utama pemicu komplik antara keduanya, sehingga perlu diadakan pertemuan untuk membahas ulang mengenai Kakaruanna Tiparittina Uai.
Disamping itu juga, pertemuan Dama'-dama' ini juga dilatarbelakangi karena ada masalah lain yang masih terjadi antara Balanipa (Pitu Babana Binanga) dengan Rante Bulahang (Pitu Ulunna Salu), yaitu suatu ketika Rante Bulahang mengira Balanipa datang menyerang, padahal Balanipa datang ke Rantebulahang dengan persenjataan lengkap untuk mengejar dan mencari pelarian perang orang-orang Passokorang.
Pura Kada di Dama'-Dama' (Kesepakatan di Dama-Dama) yang terjadi sekitar abad 18 masehi, menghasilkan kesepakatan yaitu :
- tandi buttumi tanda rappaq lembong tomi Palili Massedang. Naposoe soena napojappa jappana, adzaqna napeadzaq, rapanna naperapang di litaqna. Iya kia, i'da mala napetueang napembuloloang adzaqna tettoi rapanna.
- metue' tassayu membulolo tammayule eloq dialawena, tanna petuang napembuloloang adzaqna.
- naiya jangang-jangang merri'ba'na Balanipa, inna-inna naenge mettopa iya womo urunganna, nana poware tomi tia litaq napettopai. Iya kia, napaissangngi Balanipa.
Terjemahan :
- Tidak lagi di gunung dan juga tidak di laut Paliliq Massedang. Dia bebas dengan segala aturan dan hukum serta adat istiadatnya sendiri di wilayahnya. Hanya saja, dia tak bisa membawa adatnya untuk mendaki ataupun untuk menurun.
- Mendaki boleh, menurun juga boleh, sesuai keinginan dan kemauannya, tetapi adat kebiasaannya tidak boleh dibawa serta.
- Tentang merpati lepasnya Balanipa, dimana dia hinggap disitulah sebagai sangkarnya, itu sudah merupakan milik daerah atau wilayah tempatnya berlindung. Hanya saja, Balanipa harus diberi tahu.
Pada point pertama, menjelaskan bahwa Paliliq Massedang sudah berdiri sendiri atau tidak ikut pada salah satu persekutuan, baik Pitu Ulunna Salu maupun Pitu Babana Binanga. Segala aturan dan adat istiadatnya bebas dijalankan pada wilayahnya sendiri dan tidak bisa dibawa apabila masuk ke wilayah Pitu Ulunna Salu atau Pitu Babana Binanga.
Pada point kedua, menjelaskan bahwa Paliliq Massedang berada dalam posisi netral. Bila ada kegiatan, seperti musyawarah atau pertemuan-pertemuan intern di Pitu Ulunna Salu maka dia bisa ikut sebagai anggota Pitu Ulunna Salu. Begitu pula di Pitu Babana Binanga.
Pada point ketiga, yaitu untuk memperjelas kembali kesepakatan sebelumnya antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga mengenai pelarian perang kerajaan Passokorang yang lari khususnya lari ke wilayah Pitu Ulunna Salu.
Bahwa tawanan perangnya Balanipa (orang-orang Passokorang) yang melarikan diri sudah menjadi milik kerajaan yang wilayahnya ditempati memohon perlindungan. Hanya saja, harus memberi tahu kepada pihak Balanipa.
Setelah perjanjian Dama'-dama' ini, daerah-daerah yang berada di jangkauan Paliliq Massedang (Daerah Lembang Mapi atau Daerah Tu'bi) berdiri sendiri sejajar dengan empat belas kerajaan lainnya.
Referensi :
Buku ASSITALLIANG MANDAR dan Buku MOTTIANA MANDAR, oleh Drs. ABD. MUIS MANDRA
http://ragamsulawesibarat.blogspot.co.id
Hal ini membuat para raja dan bangsawanan di Mandar saat itu, seluruh perwakilan daerah Ulunna Salu dan seluruh perwakilan daerah Babana Binanga sering berkumpul mengadakan pertemuan membahas masalah tersebut khususnya membahas daerah Palili Massedang (daerah Tubi).
Beberapa pertemuan yang tercatat dalam sejarah Lontar Mandar mengenai Tiparittiqna Uai, yaitu :
1. Pura Loa di Sungki
Pura loa di Sungki (Kesepakatan di Sungkiq ) terjadi pada abad 17 masehi dengan agenda utama yaitu penyelesaian masalah Paliliq Massedang yang wilayahnya terbagi antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga sebagaimana kesepakatan yang diambil pada pertemuan di Lakahang.
Ternyata, kesepakatan sebelumnya antara Pitu Babana Binangan dan Pitu Ulunna Salu yang membagi wilayah Paliliq Massedang dengan tiga perempat bergabung ke wilayah persekutuan Pitu Ulunna Salu dan seperempat ke wilayah persekutuan Pitu Babana Binanga pada pertemuan di Lakahang, telah menimbulkan masalah baik antara pitu ulunna salu dengan pitu babana binanga maupun dalam wilayah Paliliq Massedang sendiri.
Untuk meredam konflik yang terjadi, maka disepakati diadakan pertemuan di Sungkiq dan dalam pertemuan tersebut wilayah Paliliq Massedang kembali disatukan dan diberi kekuasaan atau hak penuh untuk menentukan pilihan mau bergabung kemana. Paliliq Massedang ternyata memilih bergabung ke Pitu Ulunna Salu. Dalam kesepakatan inilah muncul istilah Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai Pitu Baqbana Binanga.
Jadi kesepakatan yang diambil pada perjanjian sungkiq yaitu bergabungnya Paliliq Massedang ke wilayah Pitu Ulunna Salu, tetapi tidak merubah nama Pitu Ulunna Salu menjadi Arua Ulunna Salu melainkan Paliliq Massedang digelar Kakaruanna Tiparittiqna Uhai di wilayah persekutuan Pitu Ulunna Salu (PUS).
Sejak dari kesepakatan yang diambil dalam perjanjian sungkiq tersebut, wilayah mandar pada umumnya dikenal dengan istilah Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai, Pitu Babana Binanga.
Perjanjian Sungkiq dalam lontar Mandar :
Pura Loa di Sungkiq :
- paliliq massedang menjari Kakaruanna Tiparittiqna Uhai di Pitu Ulunna Salu, menjarimi Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
- Padza ma'ammong tamba'bar allewuang di Lakahang, tettopa pura loa di Malunda. Metettes dipamulanna, matettes laeng dua pai dimundinna.
- Sisolong siponayoi, silua siammeq tassi kira-kira, sirondong boco' mammesa pa'disang, sipalete diapiangan tassi palete diakkadzaeng, Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
Terjemahan :
Kesepakatan di Sungkiq :
- Daerah Paliliq Massedang (Lembang Mapi, Tubi) jadi tetesan air kedelapan di Pitu Ulunna Salu (menjadi satu bagian yang sejajar) hingga menjadi Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
- Masing-masing pihak menggemgam erat isi kesepakatan di Lakahang, begitu juga isi kesepakatan Malunda dengan keteguhan hati yang kuat dari semula dan lebih kuat lagi dikemudian hari.
- Selalu kunjung mengunjungi, bergaul akrab tanpa saling iri, sekelambu dan sebantal, saling membawa pada kebaikan tidak saling membawa pada keburukan, antara Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uhai - Pitu Babana Binanga.
2. Pertemuan di Ulumanda'
Pertemuan Ulumanda' adalah lanjutan dari pertemuan Pura Loa di Sungkiq yang dilaksanakan karena kesepakatan yang diambil dalam pertemuan Pura Loa si Sungkiq yaitu bergabungnya Paliliq Massedang ke wilayah Pitu Ulunna Salu ternyata lama kelamaan membawa masalah antara Pitu Ulunna Salu dangan Pitu Babana Binanga.
Masalah di Pitu Ulunna Salu, timbul semacam rasa curiga dan was-was pada Bambang dengan bergabungnya Paliliq, karena Paliliq dahulu pernah satu lembang (satu wilayah kekuasaan) di Ulunna Salu dalam status Goalinna Kadaneneq kemudian Paliliq keluar dan kedudukannya digantikan oleh Bambang, sehingga Bambang merasa khawatir kedudukan itu kemungkinan akan diambli kembali oleh Paliliq.
Di Pitu Babana Binanga terjadi semacam rasa kehilangan karena masyarakat di daerah Pitu Babana Binanga sudah banyak yang terikat tali perkawinan dan satu keluarga dengan masyarakat Paliliq sehingga keakraban di antaranya sangat erat termasuk adaptasi adat istiadat masing-masing.
Dalam pertemuan Ulumandaq ini, dengan pertimbangan akhirnya disepakati Paliliq Massedang mengikut sepenuhnya ke wilayah Pitu Babana Binanga sehingga Paliliq Massedang memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan tujuh kerajaan lainnya di Babana Binanga. Namun kesepakatan ini juga tidak merubah nama Pitu Babana Binanga (Tujuh Muara Sungai) menjadi Arua Babana Binanga (Delapan Muara Sungai) cukup memindahkan nama Kakaruanba Tiparittiqna Uai setelah Pitu Babana Binanga sehingga nama daerah Mandar yang tadinya Pitu Ulunna Salu Kakaruanna Tiparittiqna Uai - Pitu Babana Binanga diubah menjadi Pitu Ulunna Salu - Pitu Babana Binanga Kakaruanna Tiparittiqna Uai.
3. Pura Kada di Dama'-dama'
Setelah kesepakatan yang diambil pada pertemuan di Ulumanda, ternyata masalah belum bisa terselesaikan dengan baik. Rasa tidak puas antara dua persekutuan masih tetap jadi masalah utama pemicu komplik antara keduanya, sehingga perlu diadakan pertemuan untuk membahas ulang mengenai Kakaruanna Tiparittina Uai.
Disamping itu juga, pertemuan Dama'-dama' ini juga dilatarbelakangi karena ada masalah lain yang masih terjadi antara Balanipa (Pitu Babana Binanga) dengan Rante Bulahang (Pitu Ulunna Salu), yaitu suatu ketika Rante Bulahang mengira Balanipa datang menyerang, padahal Balanipa datang ke Rantebulahang dengan persenjataan lengkap untuk mengejar dan mencari pelarian perang orang-orang Passokorang.
Pura Kada di Dama'-Dama' (Kesepakatan di Dama-Dama) yang terjadi sekitar abad 18 masehi, menghasilkan kesepakatan yaitu :
- tandi buttumi tanda rappaq lembong tomi Palili Massedang. Naposoe soena napojappa jappana, adzaqna napeadzaq, rapanna naperapang di litaqna. Iya kia, i'da mala napetueang napembuloloang adzaqna tettoi rapanna.
- metue' tassayu membulolo tammayule eloq dialawena, tanna petuang napembuloloang adzaqna.
- naiya jangang-jangang merri'ba'na Balanipa, inna-inna naenge mettopa iya womo urunganna, nana poware tomi tia litaq napettopai. Iya kia, napaissangngi Balanipa.
Terjemahan :
- Tidak lagi di gunung dan juga tidak di laut Paliliq Massedang. Dia bebas dengan segala aturan dan hukum serta adat istiadatnya sendiri di wilayahnya. Hanya saja, dia tak bisa membawa adatnya untuk mendaki ataupun untuk menurun.
- Mendaki boleh, menurun juga boleh, sesuai keinginan dan kemauannya, tetapi adat kebiasaannya tidak boleh dibawa serta.
- Tentang merpati lepasnya Balanipa, dimana dia hinggap disitulah sebagai sangkarnya, itu sudah merupakan milik daerah atau wilayah tempatnya berlindung. Hanya saja, Balanipa harus diberi tahu.
Pada point pertama, menjelaskan bahwa Paliliq Massedang sudah berdiri sendiri atau tidak ikut pada salah satu persekutuan, baik Pitu Ulunna Salu maupun Pitu Babana Binanga. Segala aturan dan adat istiadatnya bebas dijalankan pada wilayahnya sendiri dan tidak bisa dibawa apabila masuk ke wilayah Pitu Ulunna Salu atau Pitu Babana Binanga.
Pada point kedua, menjelaskan bahwa Paliliq Massedang berada dalam posisi netral. Bila ada kegiatan, seperti musyawarah atau pertemuan-pertemuan intern di Pitu Ulunna Salu maka dia bisa ikut sebagai anggota Pitu Ulunna Salu. Begitu pula di Pitu Babana Binanga.
Pada point ketiga, yaitu untuk memperjelas kembali kesepakatan sebelumnya antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga mengenai pelarian perang kerajaan Passokorang yang lari khususnya lari ke wilayah Pitu Ulunna Salu.
Bahwa tawanan perangnya Balanipa (orang-orang Passokorang) yang melarikan diri sudah menjadi milik kerajaan yang wilayahnya ditempati memohon perlindungan. Hanya saja, harus memberi tahu kepada pihak Balanipa.
Setelah perjanjian Dama'-dama' ini, daerah-daerah yang berada di jangkauan Paliliq Massedang (Daerah Lembang Mapi atau Daerah Tu'bi) berdiri sendiri sejajar dengan empat belas kerajaan lainnya.
Referensi :
Buku ASSITALLIANG MANDAR dan Buku MOTTIANA MANDAR, oleh Drs. ABD. MUIS MANDRA
http://ragamsulawesibarat.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar